Tuesday 19 May 2015

PRAKTIK SENI RUPA DI KELAS, MATERI SENI GRAFIS, KONSEP CETAK TINGGI

Lama tidak menulis di blog ini, rasanya rindu sekali. Kesibukan saya PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) di SMP 6 Muhammadiyah Kota Bandung membuat saya ingin berbagi pengalaman mengajar saya untuk materi seni rupa yang semoga saja dapat menjadi inspirasi bagi kalian yang sedang mencari ide tentang konsep pembelajaran dan praktik seni rupa yang menarik di sekolah.    

Kali ini materinya adalah tentang Seni Grafis. Pada pertemuan sebelumnya, saya sudah menjelaskan (pada saat itu saya melakukan praktik ini di kelas VIII E) bahwa berdasarkan fungsinya seni rupa dibagi menjadi 2 yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan, sedangkan seni rupa berdasarkan jenisnya itu dibagi 3 yaitu seni rupa murni, desain dan kriya. Jenis-jenis karya seni rupa murni yaitu seni lukis, seni patung dan seni grafis. Karena di buku materi selanjutnya adalah tentang konsep seni grafis, maka di akhir pertemuan saya menyuruh siswa-siswi agar minggu depan membawa satu buah ubi (yang belum dimasak) yang cukup besar dan pisau.

Pada pertemuan selanjutnya, Alhamdulillah anak-anaknya pada nurut. Tapi sebelum melakukan praktik saya memberikan pengantar sebentar mengenai konsep seni grafis. Pada dasarnya seni grafis adalah seni mencetak gambar dan tulisan. Seni grafis atau sering disebut seni cetak terbagi menjadi 3 yaitu cetak tinggi, cetak dalam dan cetak saring (sablon), namun ada pula yang menambahkan dengan cetak foto. Contoh paling sederhana dari cetak tinggi yaitu stempel (itu loh cap yang suka dipakai sama kepala sekolah), jadi hari itu kita semua praktik membuat stempel sederhana dari ubi mentah.
Tahapan praktiknya yaitu pertama ubi yang sudah dibersihkan dibagi menjadi dua bagian (harus rata).


Lalu saya meminta mereka untuk membuat pola inisial nama mereka sendiri menggunakan pulpen atau pinsil (dengan catatan untuk huruf-huruf tertentu seperti E,R,S,D,G harus dengan posisi terbalik).


Lalu dengan hati-hati menggunakan pisau san cungkil mereka membuat huruf-huruf tersebut menjadi timbul seperti berikut ini.

Jika sudah selesai, taplokkan cap tersebut pada cat yang sudah saya siapkan (saat itu saya menggunakan cat akrilik yang tidak dicampur air sehingga tekstur cat nya kental). 


Lalu tempelkan cap tersebut di atas kertas.


Dan beginilah hasilnya. Sangat bervariasi. Untuk yang belum kelihatan bentuk hurufnya saya meminta muridnya untuk lebih merapihkan capnya selagi masih ada waktu.

k
Ya, itulah konsep sederhana dari seni grafis. Sebenarnya konsep pembelajaran seperti ini dapat diterapkan di kelas-kelas tingkatan yang lebih bawah, bahkan saya dengar ada yang menerapkannya di SD. Namun pertimbanagn saya untuk menerapkan pembelajaran ini di kelas VIII karena saya yakin usia tingkatan itu sudah mampu mempergunakan pisau dengan baik, karena pembelajaran ini menggunakan benda tajam seperti pisay dan cungkil  saya takut jika diterapkan di kelas yang lebih bawah akan menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan.


Pengalaman mengajar hari itu sangat berkesan untuk saya, semoga ini dapat menjadi inspirasi bagi anda dalam mengajar. ^^

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | ewa network review
SEO Links Exchanges, Blog Link Building Service Build Your Links For Free, Links Building Service SEO Links Attitude | Free SEO Links Building Free Backlink Service, Links Building 4 Free