Lama tidak menulis di blog ini, rasanya rindu sekali. Kesibukan
saya PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) di SMP 6 Muhammadiyah Kota Bandung
membuat saya ingin berbagi pengalaman mengajar saya untuk materi seni rupa yang
semoga saja dapat menjadi inspirasi bagi kalian yang sedang mencari ide tentang
konsep pembelajaran dan praktik seni rupa yang menarik di sekolah.
Kali ini materinya adalah tentang Seni Grafis. Pada
pertemuan sebelumnya, saya sudah menjelaskan (pada saat itu saya melakukan praktik
ini di kelas VIII E) bahwa berdasarkan fungsinya seni rupa dibagi menjadi 2
yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan, sedangkan seni rupa berdasarkan
jenisnya itu dibagi 3 yaitu seni rupa murni, desain dan kriya. Jenis-jenis
karya seni rupa murni yaitu seni lukis, seni patung dan seni grafis. Karena di
buku materi selanjutnya adalah tentang konsep seni grafis, maka di akhir
pertemuan saya menyuruh siswa-siswi agar minggu depan membawa satu buah ubi
(yang belum dimasak) yang cukup besar dan pisau.
Pada pertemuan selanjutnya, Alhamdulillah anak-anaknya pada
nurut. Tapi sebelum melakukan praktik saya memberikan pengantar sebentar
mengenai konsep seni grafis. Pada dasarnya seni grafis adalah seni mencetak
gambar dan tulisan. Seni grafis atau sering disebut seni cetak terbagi menjadi
3 yaitu cetak tinggi, cetak dalam dan cetak saring (sablon), namun ada pula
yang menambahkan dengan cetak foto. Contoh paling sederhana dari cetak tinggi
yaitu stempel (itu loh cap yang suka dipakai sama kepala sekolah), jadi hari
itu kita semua praktik membuat stempel sederhana dari ubi mentah.
Tahapan praktiknya yaitu pertama ubi yang sudah dibersihkan
dibagi menjadi dua bagian (harus rata).
Lalu saya meminta mereka untuk membuat pola inisial nama
mereka sendiri menggunakan pulpen atau pinsil (dengan catatan untuk huruf-huruf
tertentu seperti E,R,S,D,G harus dengan posisi terbalik).
Lalu dengan hati-hati menggunakan pisau san cungkil mereka
membuat huruf-huruf tersebut menjadi timbul seperti berikut ini.
Jika sudah selesai, taplokkan cap tersebut pada cat yang
sudah saya siapkan (saat itu saya menggunakan cat akrilik yang tidak dicampur
air sehingga tekstur cat nya kental).
Lalu tempelkan cap tersebut di atas kertas.
Dan beginilah hasilnya. Sangat bervariasi. Untuk yang belum
kelihatan bentuk hurufnya saya meminta muridnya untuk lebih merapihkan capnya
selagi masih ada waktu.
k
Ya, itulah konsep sederhana dari seni grafis. Sebenarnya
konsep pembelajaran seperti ini dapat diterapkan di kelas-kelas tingkatan yang
lebih bawah, bahkan saya dengar ada yang menerapkannya di SD. Namun pertimbanagn
saya untuk menerapkan pembelajaran ini di kelas VIII karena saya yakin usia
tingkatan itu sudah mampu mempergunakan pisau dengan baik, karena pembelajaran
ini menggunakan benda tajam seperti pisay dan cungkil saya takut jika diterapkan di kelas yang lebih
bawah akan menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan.
Pengalaman mengajar hari itu sangat berkesan untuk saya,
semoga ini dapat menjadi inspirasi bagi anda dalam mengajar. ^^